Rabu, 31 Juli 2019

Modul - Pengantar Manajemen dan Bisnis - Bab 09 - Pengambilan Keputusan


Modul Pengantar Manajemen dan Bisnis

Download Modul Pengantar Manajemen dan Bisnis Bab 09 - Pengambilan Keputusan

Bab 09 - Pengambilan Keputusan

Abstract
"Manajer harus dapat menemukan masalah apa yang sebenarnya, dan menentukan bagian-bagian mana yang harus dipecahkan dan bagian mana yang seharusnya, lalu ditentukan dan dibuatkan rumusannya untuk membuat keputusan yang tepat."

Kompetensi
"Mahasiswa mampu melakukan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan"

Pengambilan Keputusan
A. PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN.
1. Pemahaman dan Perumusan Masalah.
Manajer harus dapat menemukan masalah apa yang sebenarnya, dan
menentukan bagian-bagian mana yang harus dipecahkan dan bagian mana yang
seharusnya.
2. Pengumpulan dan Analisa Data yang Relevan.
Setelah masalahnya ditemukan, lalu ditentukan dan dibuatkan rumusannya
untuk membuat keputusan yang tepat.
3. Pengembangan Alternatif.
Pengembangan alternatif memungkinkan menolak kecendrungan membuat
keputusan yang tepat agar tercapai keputusan yang efektif.
4. Pengevaluasian terhadap Alternatif yang Digunakan.
Menilai efektivitas dari alternatif yang dipakai, yang diukur dengan
menghubungkan tujuan dan sumber daya organisasi dengan alternatif yang realistic
serta menilai seberapa baik alternatif yang diambil dapat membantu pemecahan
masalah.
5. Pemilihan Alternatif.
Didasarkan pada informasi yang diberikan kepada manajer dan ketidak
sempurnaan kebijaksanaan yang diambil oleh manajer.
6. Implementasi Keputusan.
Manajer harus menetapkan anggaran, mengadakan dan mengalokasikan
sumber daya yang diperlukan, serta memberikan tugas, wewenang, dan tanggung
jawab pelaksanaan tugas, dengan memperhatikan resiko dan ketidak pastian
terhadap keputusan yang diambil. Sehingga perlu dibuat prosesdur laporan kemajuan
periodik dan mempersiapkan tindakan korektif bila timbul masalah baru dalam
keputusan yang dibuat serta mempersiapkan peringatan dini atas segala
kemungkinan yang terjadi.
7. Evaluasi atas Hasil keputusan.
Implementasi yang telah diambil selalu dimonitor terus menerus, apakah
berjalan dan memberikan hasil yang diharapkan.
B. MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
Model pengambilan keputusan menurut Herbert A. Simon sebagai dasar
menjelaskan proses pengambilan keputusan terdiri dari tiga tahap pokok:
1. Penyelidikan (Inteligence). Mempelajari lingkungan untuk menentukan kondisi
keputusan. Data mentah diperoleh, diolah, dan disajikan untuk dijadikan petunjuk
yang dapat mengidentifikasi persoalan.
2. Perancangan (Design). Mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan
yang mungkin. Hal ini meliputi proses-proses untuk memahami persoalan,
menghasilkan pemecahan, dan menguji kelayakan pemecahan tersebut.
3. Pemilihan (Choice). Memilih arah tindakan tertentu dari semua yang ada. Pilihan
ditentukan dan dilaksanakan.
Model pengambilan keputusan menurut Rubenstein dan Haberstroh, mengemukakan
langkah-langkah berikut:
1. Pengenalan Masalah atau kebutuhan untuk pengambilan keputusan
2. Analisis dan laporan alternatif
3. Pemilihan diantara alternatif
4. Komunikasi dan pelaksanaan keputusan
5. Langkah lanjutan dan umpan balik hasil keputusan.
Kedua model tersebut tidak saling bertentangan. Model Simon pada dasarnya
mengatakan bahwa pelaksanaan adalah keputusan dan keputusan lain diperlukan
untuk langkah selanjutnya.
Model Simon adalah relevan bagi perancangan sistem informasi manajemen.
1. Tahap proses penyelidikan. Merupakan proses pencarian melibatkan suatu
pengujian data baik dalam cara yang telah ditentukan dahulu maupun dalam cara
khusus. SIM harus menyediakan kedua fasilitas tersebut. Sistem informasinya sendiri
harus memeriksa semua data dan menimbulkan suatu permintaan uji pada manusia
atas situasi yang jelas menuntut perhatian. Baik SIM maupun organisasi harus
menyediakan saluran komunikasi untuk persoalan yang diterima agar dialirkan ke
atas dalam organisasi sampai diambil suatu tindakan terhadapnya.
2. Tahap proses perancangan. SIM harus memiliki model-model keputusan ntuk
mengolah data dan menimbulkan pilihan pemecahan. Model tersebut harus
membantu dalam menganalisis pilihan.
3. Tahap proses pemilihan. Sebuah SIM adalah paling efektif bila hasil rancangan
disajikan dalam suatu bentuk yang mendorong keputusan. Bila pilihan telah diambil,
peranan SIM berubah menjadi pengumpulan data untuk umpan balik dan penaksiran
kelak.
Tahap penyelidikan dan Perancangan. Terdapat tiga aspek terpenting dalam tahap
penyelidikan dan perancangan.
1. Penemuan masalah. Menemukan perbedaan antara beberapa situasi yang ada dan
harapan. William F. Pounds mengidentifikasi empat model yang menghasilkan
harapan yang berbeda dengan kenyataan dengan menggunakan model pengukuran:
a. Model Historical
b. Model Planning
c. Model Organisasi
d. Model Extraorganizational
2. Formulasi masalah. Untuk mengidentifikasi masalah, sehingga aktivitas rancangan
dan pemilihan sesuai dengan masalah empat strategi untuk mengurangi kompleksitas
formulasi:
a. Menentukan batasan
b. Mengamati perubahan
c. Memecah masalah menjadi sub masalah yang lebih kecil
d. Memusatkan pada elemen pengendali
3. Pengembangan alternatif. Dilakukan secara kreatif dengan meningkatkan prosedur
dan dukungan mekanisme. Kreativitas dapat ditingkatkan dengan bantuan antara
lain:
a. Skenario
b. Analogi
c. Brainstorming, checklist
d. Kerangka proses keputusan
C. KERANGKA KERJA DAN KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan pengambilan keputusan. Pemahaman
terhadap kerangka kerja dan konsepnya dapat dibahas sebagai berikut:
1. Sistem Pengambilan Keputusan.
a. Sistem Keputusan Tertutup. Dalam sistem keputusan tertutup menganggap
bahwa keputusan terpisah dari masukan yang tidak diketahui dari lingkungan.
Sistem pengambilan keputusan tertutup biasanya menggunakan model
kuantitatif. Dalam sistem ini pengambil keputusan dianggap:
1) Mengetahui semua perangkat alternatif dan semua akibat atau hasilnya
masing-masing.
2) Memiliki metode yang memungkinkan dia membuat urutan kepentingan
semua alternatif.
3) Memilih alternatif yang memaksimalkan sesuatu, misalnya laba, volume
penjualan, atau kegunaan.
b. Sistem Keputusan terbuka. Memandang keputusan sebagai berada dalam
suatu lingkungan yang rumit dan sebagian tak diketahui. Keputusan
dipengaruhi oleh lingkungan dan pada gilirannya proses keputusan kemudian
mempengaruhi lingkungan. Pengambil keputusan dianggap tidak harus logis
dan sepenuhnya rasional, tetapi lebih banyak memperlihatkan rasionalitas
hanya dalam batas yang dikemukakan oleh latar belakang, pandangan atas
alternatif, kemampuan menangani suatu model keputusan. Model keputusan
terbuka menganggap bahwa pengambil keputusan:
1) Tidak mengetahui semua alternatif dan semua hasil
2) Melakukan pencarian secara terbatas untuk menemukan beberapa
alternatif yang memuaskan.
3) Mengambil suatu keputusan yang memuaskan tingkat aspirasinya.
2. Pengetahuan terhadap hasil (Knowledge Of Outcomes). Suatu hasil menentukan
apa yang akan terjadi bila sebuah keputusan diambil. Dalam pengambilan keputusan
ada tiga jenis pengetahuan yang berhubungan dengan hasil:
a. Kepastian (Certainty). Pengetahuan yang lengkap dan akurat mengenai hasil
tiap pilihan. Hanya ada satu hasil untuk setiap pilihan.
b. Resiko (Risk). Hasil yang mungkin timbul dapat diidentifikasi dan satu
kemungkinan yang terjadi dapat dihubungkan dengan masing-masing hasil.
c. Ketidakpastian (Uncertaninty). Berbagai hasil mungkin terjadi dan dapat
diidentifikasi, tetapi tidak ada pengetahuan dari kemungkinan yang dapat
dihubungkan dengan masing-masing hasilnya.
3. Golongan Keputusan. Keputusan dapat digolongkan menjadi dua bagian yang
digunakan sebagai dasar kemampuan organisasi atau individu untuk perencanaan
atas proses pengambilan keputusan:
a. Keputusan terprogram. Merupakan keputusan yang dapat dirinci sebelumnya
dengan suatu ketentuan atau prosedur keputusan.
b. Keputusan Tidak terprogram. Sebagai suatu keputusan yang disusun tidak
berdasarkan pada ketentuan atau prosedur keputusan
4. Keriteria untuk Pengambilan Keputusan
a. Normative atau prescriptive sebagai suatu model pengambilan keputusan yang
menunjukan kepada pengambil keputusan untuk membuat kelas keputusan.
b. Descriptive sebagai suatu model yang menggambarkan bagaimana
pengambilan keputusan untuk mengambil keputusan nyata. Kriteria pemilihan
di antara alternatif dalam model normatif adalah memaksimumkan atau
mengoptimumkan manfaat atau nilai yang diharapkan.
D. MODEL KEPRILAKUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
Cara seseorang menguji suatu masalah dan membuat keputusan dapat diuraikan dari
beberapa sudut pandang, tergantung pada asumsi yang dibuat.
1. Model ekonomi klasik. Manusia rasional dianggap akan memaksimalkan kegunaan.
a. Semua alternatif dan semua hasil diketahui secara lengkap.
b. Pengambil keputusan berusaha maksimalkan keuntungan atau kegunaan.
c. Pengambil keputusan dengan kepekaan tidak terbatas dalam membedakan
kegunaan diatara hasil-hasil.
2. Model administrasi pengambilan keputusan adalah deskriptive. Model
administrative mengasumsikan bahwa pengambil keputusan :
a. Tidak diketahui semua alternatif dan semua hasil
b. Membuat pencarian secara terbatas menemukan suatu pilihan yang
memuaskan.
c. Membuat suatu keputusan yang memuaskan menurut tingkat aspirasi.
3. Harapan manusia dan pengambilan keputusan.
Strategi yang dipakai individu dalam upaya mencapai sebuah keputusan atau
memecahkan suatu persoalan disebut gaya kognitif
E. MODEL KEPRILAKUAN PADA PENGEMBILAN KEPUTUSAN KEORGANISASIAN.
Teori keprilakuan tentang perusahaan telah diuraikan secara luas oleh Cyert dan
March, ada empat konsep pokok yaitu:
1. Pemecahan Semu pada Konflik. Dalam terdapat konflik antara berbagai tujuan
anggota dalam organisasi. Konflik yang terjadi dapat dipecahkan dengan tiga metode:
a. Rasionalitas lokal. Subsistem diperkenankan menyusun tujuan sendiri
b. Aturan keputusan tingkat yang dapat diterima. Dengan keterbatasan tertentu,
subsistem diperkenankan mengambil keputusan sendiri berdasarkan aturan
keputusan dan prosedur keputusan yang disepakati.
c. Perhatian berurutan terhadap tujuan. Organisasi menanggapi satu tujuan,
kemudian pada berikutnya sehingga setiap tujuan yang berkonflik mendapat
kesempatan untuk mempengaruhi perilaku keorganisasian
2. Penghindaran ketidakpastian. Beberapa metode yang lazim digunakan untuk
mengurangi atau menghindari ketidakpastian adalah:
a. Daur umpan balik dan reaksi jangka pendek. Suatu daur umpan balik jangka
pendek memungkinkan seringnya keputusan baru dan karenanya mengurangi
kekhawatiran tentang ketidakpastian yang akan datang.
b. Pengaturan lingkungan. Organisasi berusaha mengendalikan lingkungannya
melalui praktek konvensional dalam lingkup industri, melalui suplai jangka
panjang, kontrak penjualan, dan sebagainya.
3. Pencarian Problematik. Teori keprilakuan berdalil bahwa pencarian berdasarkan
aturan-aturan yang agak sederhana:
a. Pencarian secara lokal, baik yang dekat pada gejala yang ada maupun yang
dekat pada pemecahan yang ada.
b. Bila pencarian lokal gagal, kembangkan pencarian ke bidang-bidang
keorganisasian yang lemah sebelum pindah ke bidang lain.
4. Pemahaman keorganisasian. Organisasi menunjukkan perilaku yang sanggup
menyesuaikan dengan berjalannya waktu. Mereka mengubah tujuan dan merevisi
prosedur pencarian berdasarkan pengalaman.
F. METODE MEMUTUSKAN UNTUK MEMILIH ALTERNATIF.
1. Teknik Optimisasi dalam kepastian
Teknik optimisasi menganggap sistem keputusan adalah tertutup dalam mana semua
alternatif dan hasil-hasilnya diketahui. Persoalan perhitungan adalah menghitung
alternatif mana yang optimal untuk fungsi sasaran yang ada.
2. Matriks hasil dalam teori keputusan statistik.
Istilah teori keputusan statistis digunakan sehubungan dengan teknik mengevaluasi
hasil potensial dari tindakan-tindakan alternatif dalam sebuah situasi keputusan. Ini
adalah model sistem keputusan tertutup, sehingga semua alternatif dan hasil-hasilnya
dianggap diketahui.
3. Kegunaan dan lengkung (kurva) indiferensi.
Sebuah ukuran yang disebut “kegunaan” (utility) sering dipakai sebagai pengganti nilai
moneter atau lainnya. Unit-unitnya disebut “guna” (utiles).
4. Pohon keputusan.
Pohon keputusan merupakan metode yang berguna untuk menyajikan analisis.
Analisis ini dinamakan sebuah “pohon keputusan” karena tindakan dan keputusan
yang berbeda-beda membentuk cabang-cabang dari sebuah titik awal keputusan.
5. Teori Permainan.
Teori permainan adalah sebuah cara untuk menganalisis keputusan bila terdapat
situasi persaingan sedemikian sehingga bila satu unit keputusan (pemain) menang,
yang lainnya kalah.
6. Inferensi Statistik Klasik
Teknik pada statistik klasik dapat berguna sekali dalam menyiapkan informasi bagi
pengambilan keputusan. Beberapa teknik disebutkan untuk mengingatkan pembaca
akan keanekaan alat-alat yang ada.
G. BAGAIMANAKAH SEBENARNYA MANAJER MENGAMBIL KEPUTUSAN
Pendekatan lain yang digunakan dalam pengambilan keputusan, yang disebut sebagai model
administrative (administrative model), dianggap bersifat deskriptif (descriptive), yang artinya
model ini menggambarkan bagaimana manajer benar-benar melakukan pengambilan keputusan
dalam situasi yang kompleks, dan bukannya mendikte bagaimana manajer seharusnya
mengambil keputusan berdasarkan teori ideal. Model administrative mengenali keterbatasan
yang dimiliki manusia dan lingkungan yang memengaruhi tingkat rasionalitas manajer dalam
proses pengambilan keputusan. Dalam situasi situasi yang sulit, seperti situasi yang dicirkan oleh
pengambilan keputusan yang tidak terprogram, ketidakpastian, dan ambiguitas, manajer
biasanya tidak mampu membuat keputusan yang rasional secara ekonomi bahkan jika
sebenarnya ia menginginkan.
Rasional yang Terbatas dan Pemuasan, model administrtif dalam pengambilan keputusan
didasarkan pada karya Herbert A. Simon. Simon mengajukan dua konsep yang dapat berperan
dalam membentuk model administratif: rasionalitas yang terbatas dan pemuasan. Rasionalitas
yang terbatas (bounded rationality) konsep bahwa manusia memiliki waktu dan kemampun
kognitif untuk memproses informasi dalam jumlah yang terbatas yang akan digunakannya dalam
mengambil keputusan. Pemuasan (satisficing) berarti bahwa seorang pengambil keputusan
memilih alternatif solusi pertama yang dapat memuaskan criteria minimal dalam membuat sebuah
keputusan yang baik, meskipun solusi yang lebih baik bisa jadi akan terpikirkan nanti.
Model administratif mengandalkan asumsi yang berbeda dari asumsi-asumsi pada model klasik
dan model administratif ini berfokus pada factor-faktor diorganisasi yang mempengaruhi
pengambilan keputusan yang dilakukan individu. Menurut model administratif:
1. Tujuan-tujuan dari pengambilan keputusan sering kali tidak jelas, bertentangan dan kurang
adanya konsensus di antara para manajer.
2. Prosedur rasional tidak selalu digunakan, dan ketika prosedur rasional digunakan,
prosedur ini dibatasi hingga menjadi sebuah cara sederhana dalam memandang masalah
yang tidak menangkap kompleksitas dari hal-hal yang sebenarnya terjadi dalam
organisasi.
3. Pencarian untuk menemukan alternatif yang dilakukan oleh manajer bersifat terbatas
karena manusia, informasi, dan sumber daya pun bersifat terbatas.
4. Sebagian besar manajer akhirnya melakukan pemuasan daripada mencari solusi yang
paling baik, sebagian karena maanajer-manajer tersebut memiliki keterbatasan informasi
dan sebagian lagi karena mereka hanya memiliki kriteria yang tidak jelas untuk mencari
solusi yang paling baik.
Intuisi,
Aspek lainnya dari pengambilan keputusan dengan model administratif adalah intuisi. Intuisi
(intuition) adalah pemahaman yang cepat terhadap situasi genting berdasarkan pengalaman di
masa lalu tetapi tanpa pemikiran yang sadar. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi
tidaklah sewenang-wenang atau tidak rasional karena didasarkan pada pengalaman aktif selama
bertahun-tahun yang memungkinkan manajer untuk menentukan solusi dengan cepat tanpa
harus melalui perhitungan yang sangat saksama.
Model Politik
Model pengambilan keputusan yang ketiga ini sangatlah berguna dalam membuat keputusan
yang tidak terprogram ketika situasinya tidak jelas, informasinya terbatas, dan adanya konflik
anatara manajer tentang tujuan yang akan dicapai atau tindakan apa yang akan
dilakukan. Sebuah koalisi (coalition) adalah sebuah aliansi tidak resmi di anatara manajermanajer
yang medukung sebuah tujuan tertentu. Pembangunan koalisi adalah proses
pembentukan aliansi di anatara manajer-manajer. Pembangunan koalisi memberikan
kesempatan bagi manajer-manajer untuk berkontribusi dalam mengambil keputusan, dengan
meningkatkan komitmen mereka pada alternatif yang akhirnya mereka pilih. Model politik
sangatlah mewakili lingkungan politik yang asli dimana sebagian besar manajer dan para
pengambil keputusan bekerja. Keputusan adalah sesuatu yang kompleks dan melibatkan banyak
orang, informasi sering kali ambigu, dan ketidaksepakatan serta konflik di setiap masalah dan
juga solusi adalah hal yang biasa ada. Model politik dimulai dengan empat asumsi dasar:
1. Organisasi terdiri dari kelompok-kelompok dengan kepentingan, tujuan, dan nilai-nilai yang
beragam. Para manajer biasanya tidak sepakat dalam menentukan prioritas masalah dan
mungkin tidak mengerti atau memiliki tujuan dan kepentingan yang sama dengan sesama
manajer lain.
2. Informasi sering kali ambigu dan tidak lengkap. Usaha untuk mengambil keputusan dengan
rasional terbatasi oleh komplesitas banyak hal dan juga batasan-batasan yang dtang dari diri
sendiri ataupun organisasi.
3. Para manajer tidak memiliiki waktu, sumber daya, atau kapasitas mental untuk mengenali
semua dimensi masalah dan memproses semua informasi yang relevan. Manajer saling
berbincang satu sama lain dan bertukar pikiran guna mengumpulkan informasi dan
mengurangi ambiguitas.
4. Manajer terlibat dalam perdebatan untuk memutuskan tujuan-tujuan dan mendiskusikan
alternatif-alternatifnya. Keputusan adalah hasil tawar-menawar dan diskusi di antara anggotaanggota
koalisi.

Sumber :
Modul Perkuliahan - Pengantar Manajemen dan Bisnis - Program Studi Sistem Informasi - Fakultas Ilmu Komputer - Universitas Mercu Buana