Minggu, 17 April 2011

Makna Wyapi Wyapaka Nirwikara



Pengetahuan tentang Tuhan Yang Maha Esa (Widhi Tatwa) menerangkan bahwa Tuhan itu hanya satu dan tidak ada duanya (ekam eva adityam brahman). Maka hanya satu Tuhan itu sama sekali tidak ada duanya (eko narayanad na dwityosti kaccit), sehingga oleh karena itulah berlaku semboyan, berbeda-beda tetapi satu, tidak ada dharma yang mendua (bhineka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa). Namun demikian walaupun pada hakekatnya hanya ada Satu Tuhan, akan tetapi orang bijaksana menyebutnya dengan banyak nama (ekam sat wiprah bahuda wadanti). Karena kemaha-kuasaanNya yang tak terbatas itu Ia dikenal pula dengan nama yang amat banyak. Maka di antara nama-nama tersebut yang paling utama adalah Brahma (Sang Pencipta), Wisnu (Sang Pemelihara), dan Siwa (Sang Pemusnah). Melalui ketiga perananNya itulah segala sesuatu dalam alam-semesta mengalami kelahiran, kehidupan, dan kematiannya.Bagi ketiga perananNya itulah ketiga aksara suci (AUM) diucapkan. Maka dari keagunganNya itu pula memancar sinar kemuliaan (dewa) dan daya kekuatan (bhatara), yang melindungi seluruh alam semesta. Karena itulah Tuhan senantiasa ada di mana-mana. Namun demikian keragamanNya tidaklah meniadakan keesaaanNya. Bahkan dalam keesaanNya Ia tidak terpengaruh dan tidak berubah oleh karena suatu apapun (wyapi-wyapaka nirwikara). Ia tidak berbentuk (nirupam), tidak bertangan dan tidak berkaki (nirkaram-nirpadam), dan tidak pula berpanca indera (nirindriyam). Ia mengetahui segala sesuatu, mengenal semua makhluk, tidak menjadi tua, dan tidak pernah berkurang maupun bertambah. Akan tetapi Tuhan dapat mengambil rupa perwujudanNya (avatara), khususnya bilamana dharma dan kehidupan terancam oleh keangkara-murkaan yang membawa kejahatan dan kenistaan.

Terdapat pula pada tembang Merdhu Komala yang menyebutkan sifat Tuhan diatas, dimana berbunyi:

Wyapi wyapaka sarining paramatatwa durlabha kita, icchanta ng hana tan hana ganalalit lawan halahayu, utpatti sthitit linaning dadhi kitata karananika, sang sangkan paraning sarat sakala niskalatmaka kita.

Artinya:

Engkau berada di mana-mana intisari dari kebenaran mutlak dan gaib, karunia-Mu menciptakan, dan melebur segala yang ada besar maupun kecil dan baik buruknya. Lahir hidup matinya segala mahluk Engkaulah sumbernya. Engkau merupakan sumber serta tujuan isi dunia nyata dan gaib wujudMu.

Pada wikipedia.org, disebutkan bahwa dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun, ibarat garam pada air laut. Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di sorga ataupun di dunia tertinggi namun berada pada setiap ciptaannya.

Tuhan (Hyang Widhi), yang bersifat Maha Ada, juga berada disetiap mahluk hidup, didalam maupun doluar dunia (imanen dan transenden). Tuhan (Hyang Widhi) meresap disegala tempat dan ada dimana-mana (Wyapi Wyapaka), serta tidak berubah dan kekal abadi (Nirwikara). Di dalam Upanisad (k.U. 1,2) disebutkan bahwa Hyang Widhi adalah "telinga dari semua telinga, pikiran dari segala pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas dan mata dari segala mata", namun Hyang Widhi itu bersifat gaib (maha suksma) dan abstrak tetapi ada. Di dalam Bhuana Kosa disebutkan sebagai berikut:

"Bhatara Ciwa sira wyapaka sira suksma tan keneng angen-angen kadiang ganing akasa tan kagrahita dening manah muang indriya".

Artinya:
Tuhan (Ciwa), Dia ada di mana-mana, Dia gaib, sukar dibayangkan, bagaikan angkasa (ether), dia tak dapat ditangkap oleh akal maupun panca indriya. Walaupun amat gaib, tetapi Tuhan hadir dimana-mana. Beliau bersifat wyapi-wyapaka, meresapi segalanya. Tiada suatu tempatpun yang Beliau tiada tempati. Beliau ada disini dan berada disana Tuhan memenuhi jagat raya ini.