Senin, 18 April 2011

Asesmen Portofolio


Asesmen
Berdasarkan kelemahan-kelemahan pada pembelajaran konvensional, seperti kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada guru, orientasi pada hasil yang lebih kuat daripada proses, bahan-bahan ajar yang disajikan dalam bentuk informasi, posisi siswa yang pasif dalam menerima pelajaran, aspek pengetahuan lebih dominan daripada aspek sikap dan keterampilan, berfikir kognitif yang rendah, penggunaan metode mengajar terbatas, komunikasi yang cenderung searah dan situasi pembelajaran yang terkadang kurang menyenangkan, maka model pembelajaran konvensional bergeser menjadi model pembelajaran berbasis kompetensi.
Perbedaan yang jelas terlihat pada pembelajaran berbasis kompetensi dibanding dengan pembelajaran konvensional adalah     pembelajaran berbasis kompetensi lebih menekankan pada proses, berkarya, pelatihan keterampilan dan aktivitas siswa, menggunakan multimedia dan sumber pembelajaran, guru sebagai fasilitator, berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan kelas sebagai ruang belajar dapat digunakan sebagai laboratorium sosial.
Menurut para ahli, asesmen merupakan sarana yang secara kronologis dapat membantu guru dalam memonitor siswa (Wiggins, 1984). Asesmen seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran yang bukan hal yang terpisahkan (Popham, 1995). Asesmen bukan hanya mengungkap konsep yang telah dicapai tetapi juga tentang proses perkembagan bagaimana suatu konsep itu diperoleh (Marzano, 1994). Asesmen yang autentik dapat mengungkap perkembagan suatu proses dan dapat dilakukan melalui kumpulan dan review hasil kerja siswa secara portofolio, portofolio proses belajar siswa menyangkut aspek belajar secara menyeluruh baik kognitif, afektif dan psikomotor (Grace & Cathy, 1992)
Asesmen dapat diartikan sebagai penilaian yang meliputi proses dan hasil belajar siswa, sehingga dengan sistem penilaian ini berbagai cara penilaian bisa dilaksanakan dan berbagai aspek dari siswa dapat pula dinilai. Dengan cara ini hasil penilaian menjadi lebih lengkap karena segala usaha dan kemampuan yang dimiliki siswa (termasuk kognitif, afektif, dan psikomotorik) dapat terungkap dan bisa dihargai berupa nilai. Hasil penilaian menjadi sangat objektif sehingga mencerminkan kondisi siswa secara individu maupun kelompok. Cara penilaian dengan asesmen ini, bisa menggunakan tes, angket, wawancara, observasi, rubrik, vignet, jurnal, catatan lapangan, atau portofolio.

2.2     Pengertian Asesmen Portofolio
Portofolio (portfolio) bisa diartikan sebagai kumpulan (dokumen, berkas, bundel) bukti fisik tentang aktivitas. Jadi portofolio berarti kumpulan bukti fisik aktivitas-kinerja (individu, kelompok, atau lembaga) sebagai data otentik yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Asesmen portofolio merupakan salah satu cara penilaian terhadap unjuk kerja dan hasil kerja, sehingga segala aktivitas yang dilakukan bisa dihargai dengan nilai.
Karakteristik Asesmen portofolio adalah:
1.    Dapat menggambarkan perkembangan kemajuan siswa dalam satu bidang studi secara komperhensif
2.    Memberi kesempatan pada siswa untuk memilih dan melakukan self evaluation
3.    Dapat digunakan sebagai bukti otentik yang mengambarkan kemampuan belajar siswa.
4.    Dapat meningkatkan refleksi diri dan penilaian diri siswa
5.    Berperan sebagai alat dalam proses pembelajaran yang menjembatani dan meudahkan dialog antara guru dengan siswa.
Dua hal pokok yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan suatu portofolio adalah tujuan dan komponen-komponen portofolio. Pemilihan dokumen untuk membangun suatu portofolio harus mengacu pada tujuan penggunaan portofolio tersebut. Apabila seorang guru ingin menggali informasi melalui portofolio maka terlebih dahulu ia harus merumuskan tujuannya. Misalnya, guru ingin mengetahui bagaimana siswa mengerti komputer serta menghayati komputer dalam aspek yang lebih luas setelah kurun waktu tertentu. Setelah itu baru menentukan komponen-komponen yang diperlukan dalam upaya menggapai tujuan tadi. Selanjutnya harus ditentukan pula aspek apa saja yang ingin diketahui yang akan membentuk komponen dari portofolio. Tiap guru biasanya menginginkan format portofolio yang berbeda.
Misalnya, Robinson (1998), seorang guru komputer yang ingin mengetahui kemajuan siswa-siswanya dalam perancangan basis data akan meminta murid-muridnya untuk memasukkan hal-hal seperti proyek kelompok, tugas pekerjaan rumah setiap hari, hasil ulangan, tugas tulisan, , catatan kelas, dan hal-hal lain yang dianggap penting dalam menunjukkan kemajuan mereka dalam basis data. Mengingat dokumen-dokumen yang membangun portofolio ini sangat diharapkan bervariasi, maka diperlukan tenggang waktu yang cukup bagi siswa untuk mengerjakan dan mengkoleksinya. Contoh pengembangan portofolio yang dikemukakan di atas paling tidak memerlukan waktu satu semester perkuliahan. Dengan demikian proses belajar (long-term learning process) berikut hasil belajar yang telah dilakukan siswa secara menyeluruh diharapkan akan tergambarkan dengan lengkap.
Terdapat 5 (lima) dimensi yang menjadi landasan pengembangan asesmen portofolio. Yang menjadi dimensi pertama adalah usaha yang sengaja dilakukan, terencana dan memiliki tujuan. Tujuan belajar harus bermakna, realistik, positif, dan sesuai kemampuan siswa. Dimensi kedua adalah dokumen sebagai bukti. Portofolio bukanlah work folder ataupun kumpulan kerja siswa seabgai suatu dokumen yang dihimpun siswa. Dimensi ketiga adalah tingkat perkembangan, pengalaman dan pencapaian. Hakikat pencapaian meliputi:
1.    Pengetahuan
2.    Penalaran
3.    Keterampilan
4.    Produk
5.    Efektif
Pembuatan dokumen dapat menyertakan kelima aspek di atas atau menyertakan beberapa aspek saja sesuai dengan karakteristik bidang studi. Dimensi keempat adalah kemampuan menilai diri sendiri (reflektif). Penilaian diri dapat memotivasi siswa karena siswa memperoleh kesempatan mengkaji ulang dan merevisi hasil kinerjanya serta mencari solusi untuk meningkatkan kinerjanya. Dimensi kelima adalah dilakukan dalam selang waktu tertentu. Penentuan selang waktu berfungsi sebagai pembatas dan gambaran fluktuasi pencapaian siswa.

2.3     Kelebihan dari Asesmen Portofolio dibandingkan dengan Tes Biasa
2.3.1 Menekankan pada proses
2.3.4 Melibatkan peran siswa
2.3.3 Kemampuan siswa diukur berdasarkan siswa sendiri
2.3.4 Bersifat kolaboratif
2.3.5 Bertujuan untuk kepentingan siswa
2.3.6 Mencerminkan perkembangan usaha siswa
2.3.7  Bagian integral dari pembelajaran
2.3.8 Menyangkut aspek belajar menyeluruh baik kognitif, afektif maupun psikomotor
2.3.9 Dapat merefleksikan proses belajar siswa secara nyata dan keseluruhan

2.4     Keuntungan Penggunaan Asesmen Portofolio
2.4.1 Memberikan penilaian tentang diri siswa secara individual yang komprehensif, adil dan bijaksana
2.4.2 Dapat melihat secara jelas kemajuan belajar siswa
2.4.3 Dapat memfokuskan pekerjaan terbaik siswa sehingga memberikan pengaruh positif dalam belajar
2.4.4 Dapat membandingkan hasil kerja siswa dengan hasil kerja sebelumnya
2.4.5 Memberi motivasi belajar bagi siswa
2.4.6 Siswa mampu menilai pekerjaannya sendiri
2.4.7 Dapat memberikan penilaian terhadap perbedaan individu
2.4.8 Memberi komunikasi kemajuan belajar siswa dengan orang tua/ wali siswa

2.5     Mengevaluasi Portofolio
Mengevaluasi portofolio tidak semudah mengevaluasi dengan tes, sebab tidak pernah ada portofolio yang tepat sama. Hal ini disebabkan karena setiap individu dapat menyiapkannya item-item yang berbeda sesuai dengan kelebihan yang dimilikinya. Oleh karena itu mengevaluasi portofolio bukan merupakan tugas yang gampang. Salah satu cara untuk mengevaluasi portofolio ialah menggunakan rubrik. Cara ini tidak lain dari skala nilai yang digunakan untuk memberi skor pada item yang mengharuskan siswa menjawab dalam bentuk tulisan dari soal atau pertanyaan yang terbuka (open-ended item). Pada soal ini siswa dapat menjawab secara bebas dan terdapat banyak cara untuk memperoleh jawaban. Jika rubrik digunakan untuk menskor portofolio, guru dapat memberitahukan komponen apa yang perlu dimuat dalam suatu portofolio dan menggunakan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya untuk memperoleh nilai secara keseluruhan (Heddens & Speer, 1997).
Guru dapat menggunakan portofolo untuk menemukan apakah ada indikasi tentang strategi pemecahan masalah, komunikasi yang jelas, berpikir dan refleksi, penggunaan notasi dan istilah yang tepat, kaitan dengan kehidupan sehari-hari, ataupun disposisi yang positif terhadap matematika. Berikut adalah contoh rubrik yang dapat digunakan untuk menilai soal-soal terbuka.

Skor    Kriteria
4    Lengkap dan kompeten
3    Memenuhi kompetensi dasar
2    Jawaban parsial
1    Jawaban coba-coba
0    Tidak ada respon

Selain menggunakan rubrik, cara mengevaluasi portofolio juga bisa dikembangkan sendiri oleh guru, misalnya dengan menentukan beberapa persyaratan mendasar yang harus dipenuhi. Persyaratan dasar itu misalnya banyaknya entri minimal yang harus ada, nilai guna dan nilai eksplanasi dokumen, dan waktu penyerahan. Seorang siswa dapat mengumpulkan beberapa entri melebihi entri minimal yang ditentukan. Siswa yang seperti ini tentu saja memiliki nilai lebih dari siswa yang hanya mengumpulkan entri minimal. Sedangkan tingkat kebermaknaan dokumen dapat ditunjukkan misalnya dengan prestasi yang ditunjukkan seperti nilai tes/tugas yang tinggi, piagam, partisipasi dalam menyelesaikan proyek, atau apa saja yang menunjukkan peningkatan

2.6     Asesmen Portofolio bagi Siswa
Telah diungkapkan pada pembahasan terdahulu bahwa untuk mengevaluasi siswa tidak cukup hanya dengan tes untuk mengukur kemampuan akademik aspek kognitif saja, akan tetapi penilaian harus dilakukan secara objektif dan otentik meliputi berbagai aspek psikologis siswa. Guru harus mengases siswa dengan berbagai cara dan berbagai segi aktivitas siswa.

2.7     Asesmen Portofolio bagi Guru
Pada saat ini telah sedang dilakukan penilaian portofolio bagi guru berkaitan dengan sertifikasi guru, yaitu kegiatan mengases kinerja guru dalam jabatan yang meliputi kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Penilaian yang dipakai adalah dengan melalui portofolio dengan maksud agar bisa dilaksanakan secara efisien dan efektif. Efisien dalam hal waktu, asesor, biaya, dan proses sehingga tujuan sertifikasi tetap bisa dicapai, meskipun di sana-sini ada unsur kekurangan. Komponen portofolio untuk sertifikasi guru terbagi ke dalam tiga aspek (unsur), yaitu kualifikasi dan tugas pokok, pengembangan profesi, dan pendukung profesi. Secara rinci adalah
1.    Unsur kualifikasi dan tugas pokok (tiap sub unsur tidak nol)
2.    Unsur pengembangan profesi
3.    Unsur pendukung profesi