Minggu, 24 Maret 2019

Landasan Teori - Penelitian Tindakan Kelas


a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas


Menurut Wijaya Kusuma (2009:9) penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Menurut O’Brien sebagaimana dikutip oleh Endang Mulyatiningsih (2011:60) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya. Cohen dan Manion sebagaimana dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan adalah intervensi kecil terhadap terhadap tindakan di dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh intervensi tersebut. Pandangan ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan dapat dilakukan secara kolaboratif dengan pakar. Pakar memberikan alternatif pemecahan dan alternatif tersebut perlu diuji sejauh mana efektifitasnya. Dengan demikian peneleitian tindakan menurut Cohen dan Manion bukan mutlak harus dilakukan oleh pekerja sendiri (guru sendiri) akan tetapi guru dapat meminta atau bekerja sama dengan pihak lain. Selanjutnya Kemmis dan Taggart sebagaimana dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan adalah suatu penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan praktek sosial mereka,
serta pemahaman mereka terhadap praktek-praktek itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek-praktek tersebut. Kemmis dan Taggart memandang, bahwa penelitian ini dilakukan secara kolektif untuk memperbaiki praktek yang mereka lakukan dimana perbaikan dilakukan berdasar refleksi diri. Dalam bukunya Becoming Critical : Education, Knowledge, an Action Research 1986. Kemmis dan Carr lebih jelas menyatakan penelitian tindakan adalah bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa, atau kepala sekolah, misalnya) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktek-praktek sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) dimana praktek-praktek tersebut dilaksanakan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara professional.
Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:60-63) karakteristik penelitian tindakan kelas antara lain:
1) Tema penelitian bersifat situasional
2) Tindakan diambil berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi diri
3) Dilakukan dalam beberapa putaran
4) Penelitian dilakukan untuk memperbaiki kinerja
5) Dilaksanakan secara kolaboratif atau parisipatorif
6) Sampel terbatas




b. Model Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:68-72) model PTK ada empat, yaitu : Model Lewin, Model riel, Model Kemmis dan Taggart, Model DDAER. Sedangkan menurut Wijaya Kusuma (2011:19-24) adalah : Model Kurt Lewin, Kemmis dan Taggart, John Elliott, McKernan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model PTK adalah sebagai berikut :
1) Model Kurt Lewin
Menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model Penelitian Tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian karena dialah yang pertama kali memperkenalkan action research atau penelitian tindakan. Konsep model ini terdiri dari empat komponen (siklus), yaitu ; perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. (Wijaya Kusuma, 2011:20)
2) Model Riel
Model ke dua dikembangkan oleh Riel (2007) yang membagi proses penelitian tindakan menjadi tahap-tahap: studi dan perencanaan, pengambilan tindakan, pengumpulan dan analisis kejadian, refleksi. Riel mengemukakan bahwa untuk mengatasi masalah diperlukan studi dan  perencanaan. Masalah ditentukan berdasarkan pengalaman empiris yang ditemukan sehari-hari. Setelah masalah teridentifikasi kemudian direncanakan tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dan mampu dilakukan oleh peneliti. Perangkat pendukung tindakan (media, RPP) disiapkan pada tahap perencanaan. Tahap berikutnya pelaksanaan tindakan, kemudian mengumpulkan data/informasi dan menganalisis. Hasil evaluasi kemudian dianalisis, dievaluasi dan ditanggapi. Kegiatan dilakukan sampai masalah bisa diatasi (Endang Mulyatiningsih, 2011:70).
3) Model Kemmis dan Taggart
Kemiss dan Taggart (1988) membagi prosedur penelitian dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus). perencanaan-tindakan dan observasi-refleksi. Model ini sering diacu oleh para peneliti. Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu. Hasil observasi direfleksi untuk menentukan kegiatan berikutnya. Siklus dilakukan terus menerus sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan hasil belajar maksimum (Endang Mulyatiningsih, 2011:70-71)
4) Model DDAER
Desain lengkap PTK disingkat DDAER (diagnosis, design, action and observation). Dalam penelitian ini hal yang pertama dilakukan bukan diagnosis masalah sebelum tindakan diagnosis penelitian. Diagnosis masalah ditulis dalam latar belakang masalah. Kemudian peneliti mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satu tindakan untuk menyelesaikan masalah (Endang Mulyatiningsih, 2011:71-72).
5) Model John Elliot
Model penelitian ini dalam satu tindakan terdiri dari beberapa step, yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2, langkah tindakan 3. Langkah ini dilakukan karena pertimbangan dalam suatu pelajaran terdapat beberapa materi yang tidak dapat diselesaikan dalam satu waktu. Semuanya harus diawali dari ide awal, sampai monitoring pelaksanaan dan efeknya ( Wijaya Kusuma, 2011:21-22).
6) Model McKernan
Menurut McKernan ada tujuh langkah yang harus dilakukan, yaitu :
a) Analisis situasi atau kenal medan
b) Perumusan dan klasifikasi permasalahan
c) Hipotesis tindakan
d) Penerapan tindakan dengan monitoring
e) Evaluasi hasil tindakan
f) Refleksi dan pengambilan keputusan untuk pengembangan selanjutnya

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan Taggart, dengan membagi prosedur penelitian dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus). perencanaan-tindakan dan observasi-refleksi.



c. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Wijaya Kusuma (2011:38-41) langkah penelitian tindakan kelas, yaitu : adanya ide awal, praservei, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, refleksi, penyusunan laporan PTK. Sedangkam menurut Endang Mulyatiningsih langkah penelitian adalah : diagnosis masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, analisis data, evaluasi dan refleksi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
1. Adanya ide awal
Seseorang yang melaksanakan penelitian, pasti diawali dengan gagasan atau ide dan diharapkan dapat dilakukan atau dilaksanakan.
2. Praservei
Untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat dikelas yang akan diteliti. Biasanya dilakukan oleh guru dan dosen.
3. Diagnosis
Dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di kelas yang dijadikan sasaran.
4. Perencanaan
Dibagi menjadi dua, yaitu : perencanaan umum dan khusus. Perencanaan umu dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Perencanaan khusus Implementasi tindakan. Merupakan realisasi dari suati tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi yang diajarkan dan sebagainya.
5. Pengamatan
Pengamatan dapat dilakukan sendiri oleh peneliti. Pada saat monitoring haryslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas peneliti.
6. Evaluasi dan refleksi
Kegiatan merenung atau memikirkan sesuatu guna upaya evaluasi yang dilakukian oleh para kolaborator atau partisipan yang berperan dalam PTK. Dilakukan dengan kolaborasi, refleksi dilakukan sesudah implementasi tindakan dan hasil observasi.
7. Penyusunan laporan PTK.
Dilakukan setelah melakukan penelitian dilapangan. Penelitian harus sistematis dan dilakukan sesuai acuan yang telah diberikan dalam penelitian PTK.